KAIN TENUN LOKAL MOTIF (SUREQ MARASA) SEBAGAI BAHAN PAKAIAN DINAS PEGAWAI PEMPROV SULBAR

GUBERNUR SULAWESI BARAT, 
MENGELUARKAN SURAT EDARAN NOMOR 48 TAHUN 2021
TENTANG PENGUNAAN PAKAIAN BERBAHAN KAIN TENUN LOKAL MOTIF / SUREQ MARASA SEBAGAII BAHAN PAKAIAN DINAS HARI-HARI TERTENTU


Sumber : Info Pemprov Sulbar

AYO..... kita kenal lebih mendalam Sejarah  Motif (Sureq) kain Tenun yang ada di Sulawesi Barat.

Tiap etnis di nusantara memiliki budaya sandang (pakaian) tersendiri yang melekat dengan sumber daya alam dan kearifan lokal masyarakatnya.Tak terkecuali suku Mandar, yang punya pakaian khas berupa sarung tenun yang dikenal dengan lipa’ sa’be, yang secara harfiah berarti sarung sutra.

Lipa’ sa’be yang ditenun manual dengan tangan, dulunya terbuat dari helai demi helai benang yang dihasilkan ulat sutra  yang dijalin satu dengan lainnya, sebelum kini digantikan oleh sutra sintetis.

Keistimewaan sutra asli memang bukan isapan jempol, kainnya sangat halus, ringan, dan tidak gerah saat dikenakan, berbeda dengan benang sutra imitasi yang membuat pemakainya gerah saat mengenakannya.

Li’pa’ sa’be, bagaimanapun, hingga kini terus melekat dalam keseharian masyarakat mandar di setiap kegiatan resmi terutama acara adat, coraknya sederhana tapi anggun dan tidak menjemukan. 

Berikut aneka corak lipa’ sa’be yang telah kami rangkum dari Museum Mandar Majene.

1. Sure’ Mara’dia

Corak ini digunakan oleh Mara’dia (Bangsawan). Empat pola persegi penuh dengan garis-garis vertical dan horizontal saling berpotongan dan warna dasarnya biasanya menggunakan warna gelap. Corak sarung sutera mandar yang dipakai oleh seorang raja pada acara-acara resmi dan pelantikan adat.

2. Sure’ Beru’-Beru’

Beru’-beru adalah bunga melati yang harum. Pola ini menampilkan latar belakang gelap dan motif kain putih. Corak sarung sutera ini biasanya digunakan oleh para keluarga bangsawan pada acara resmi dan pelantikan adat.

3. Sure’ Pangulu

Corak ini adalah yang tertua dan klasik berwarna coklat tua, hitam dan ungu. Garis-garis putih atau coklat merah. Yang digunakan oleh para pemimpin konvensi dalam pertemuan adat mandar.

4. Sure’ Ringgi’

Corak sarung sutera mandar yang juga dipakai oleh para keluarga bangsawan pada acara resmi dan pelantikan adat.

5. Sure’ Saripa Nira Ba’i

Corak sarung sutera mandar yang dipakai oleh permaisuri raja (Bainena Mara’dia). Pola ini menampilkan latar belakang gelap bergaris-garis putih dan disetiap garis memiliki corak kain warna jingga dan biru tua. digunakan pada acara resmi dan pelantikan adat.

6. Sure’ Padhadha

Corak sarung sutera mandar yang dipakai oleh kaum bangsawan adat perempuan (Puang Tobaine). Pola ini menampilkan latar belakang cerah bergaris-garis kain putih biru dan hitam. Yang digunakan pada acara resmi, pelantikan adat dan pernikahan.

7. Gantung Layar

Corak sarung sutera mandar yag dipakai oleh para pelaut yang mempunyai keberanian berlayar mengarungi lautan dan ketangkasan memegang kemudi. Warna dasar lebih banyak hitam dipadu dengan putih dan coklat.

8.Sure’ Pangulu Padang

Corak sarung sutera mandar yang satu ini adalah  pernah dipakai oleh i Manyangbungi pada saat berkunjung ke Padang.

Sayangnya, beberapa nama Sure’ Lipa’ yang terpajang, masih ada yang belum bisa ditampilkan karena museum belum memiliki koleksinya, diantaranya :

  1. Sure’ Salaka
  2. Sure’ Batu Dalima’
  3. Sure’ Salaka Ditole
  4. Sure’ Puang Biring Lembang
  5. Sure’ Puang Lembang
Sumber :Info Pemkab Majene

Mengenal Tenun Sambu' Mamasa

SedangkanKata sambu' memiliki arti "kain" dalam bahasa masyarakat kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat. Sambu' sejak lama telah ditenun oleh mayoritas wanita Mamasa. Kerap digunakan di berbagai kegiatan sosial masyarakat kabupaten Mamasa.Dahulu kain tenun sambu' menggunakan benang yang dipintal dari kapas yang memakan waktu berbulan-bulan, namun seiring seiring dengan perkembangan zaman dan tuntutan pesanan dari lokal dan luar daerah serta wisatawan yang datang berkunjung ke Mamasa maka pembuatan Tenun Sambu' Mamasa mulai menggunakan benang konveksi.

Sumber :Info Pemkab Mamasa


Tenun Sekomandi Kalumpang-Mamuju

Sedangkan Tenun Sekomandi Kalumpang-Mamuju, Sekomandi sendiri, berasal dari dua kata. Dalam bahasa Kalumpang, “Seko” berarti persaudaraan atau kekeluargaan. Sedangkan “Mandi” memiliki arti kuat dan erat.

Sumber :Info Pemkab Mamuju

Proses pembuatan kain sekomandi dimulai dengan pemintalan benang yangberasal dari biji pohon kapas yang kadang juga menggunakan kapuk. Benang-benang yang sudah terpintal tersebut kemudian diberi warna sesuai pesanan. Dahulu pemberian warna pada benang sekomandi menggunakan pewarna alami yang berasal dari alam. Warna yang umum yang terdapat di kain sekomandi ialah warna hitam, merah, putih dan kuning.

Seiring perkembangan zaman kini mulai digunakan pewarna tekstil untuk mendapatkan warna yang lebih terang dan bervariasi. Selain menjadi dijual langsung sebagai souvenir, Kain Sekomandi juga kerap dipesan dengan warna dan motif khusus.

Sumber :Kabar mamuju Keren 


Dari tiga motif ini, Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat meramu/Merancang Desain dengan mengabungkan tiga Motif /Sureq yang di beri nama "SUREQ MARASA" Kain yang dibuat menjadi baju dinas yang di gunakan di hari hari tertentu oleh  Pegawai Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat, dengan tujuan agar Pegawai Pemprov selalu menjaga semangat History dari Motif/Sure Sabbe, Sekomandi maupun Sambu Mamasa serta menjaga warisan leluhur dan melestarikan.



mamuju, 07 januari 2022

@handayaninews.id



Posting Komentar untuk "KAIN TENUN LOKAL MOTIF (SUREQ MARASA) SEBAGAI BAHAN PAKAIAN DINAS PEGAWAI PEMPROV SULBAR"