MOTIVASI BELAJAR MENURUT PARA AHLI
Motivasi adalah berasal dari kata “motif” yang dapat
diartikan sebagai daya penggerak yang ada didalam diri seseorang untuk
melakukan aktifitas-aktifitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan.
Menurut Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energy dalam
diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan
tanggapan terhadap adanya tujuan. Dalam pengertian Mc. Donald ini dalam
(Sardiman, 2004) ada tiga elemen pokok dalam motivasi yaitu : motivasi
mengawali terjadinya perubahan energy, ditandai dengan adanya feeling, dan
dirangsang karena adanya tujuan (Pupuh, 2007).
Secara umum motivasi itu adalah sebagai berikut :
1. Motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang
telah menjadi aktif.Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu,terutama bila
kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat mendesak/dirasakan.
2. Motivasi dapat juga dikatakan serangkaian usaha untuk
menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin
melakukan sesuatu, dan bila dia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan
atau mengelakkan perasaan tidak suka itu.
3. Motivasi dalam kegiatan belajar dapat dikatakan sebagai
keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan
belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan
arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek
belajar itu dapat tercapai.
4. Motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang
bersifat non-intelektual.
Dalam kegiatan belajar mengajar, motivasi dapat dikatakan
sebagai keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan,
menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan
tujuan yang ada dapat tercapai. Dalam kegiatan belajar motivasi itu sangat
diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar tidak
akan mungkin melakukan aktifitas belajar.
Ada tiga komponen utama dalam motivasi itu yaitu kebutuhan,
dorongan dan tujuan. Kebutuhan terjadi apabila individu merasa ada
ketidakseimbangan antara apa yang ia miliki dan yang ia harapkan. Dorongan
merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi
harapan. Dorongan merupakan kekuatan mental yang berorientasi pada pemenuhan
harapan atau pencapaian tujuan. Tujuan adalah hal yang ingin dicapai oleh
seorang individu.
Motivasi yang ada pada setiap diri seseorang akan memiliki
ciri-ciri sebagai berikut :
1) Tekun menghadapi tugas (terus menerus dalam jangka waktu
yang lama den tidak pernah berhenti)
2) Ulet dalam menghadapi kesulitan.
3) Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah.
4) Lebih senang bekerja mandiri
5) Cepat bosan dalam tugas-tugas yang rutin, kurang kreatif.
6) Tidak mudah melepaskan hal-hal yang telah diyakini.
7) Senang mencari dan memecahkan masalah.
Apabila seseorang memiliki ciri-ciri sebagaimana diatas
berarti seseorang tersebut memiliki motivasi yang kuat.
B. JENIS MOTIVASI
1. Motivasi intrinsic adalah motif yang menjadi aktif atau
berfungsi tidak perlu dirangsang dari luar, karena dari dalam diri individu
sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Pada intinya motivasi intrinsic
adalah dorongan untuk mencapai suatu tujuan yang dapat dilalui dengan belajar,
dorongan belajar ini tumbuh dari dalamk diri subyek belajar. Misalnya seseorang
yang senang membaca tidak perlu ada yang menyuruh atau mendorongnya.
2. Motivasi ekstrinsik adalah motif yang aktif atau
berfungsi karena adanya perangsang dari luar. Misalnya seorang itu belajar
karena besok pagi ada ujian dengan harapan mendapat nilai baik, sehingga akan
dipuji pacarnya atau temannya. Jadi yang penting bukan karena belajar ingin
mengetahui sesuatu, tetapi karena ingin mendapat nilai baik atau agar mendapat
pujian.
C. FUNGSI MOTIVASI BELAJAR
Menurut Sardiman (2000:83) fungsi motivasi belajar ada tiga
yakni sebagai berikut:
1. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak
atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor
penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
2. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang
hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan
yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan
perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan,
dengan menyisihkan perbuatan yang tidak bermanfaat dengan tujuan tersebut.
Dari uraian diatas nampak jelas bahwa motivasi berfungsi
sebagai pendorong, pengarah, sekaligus sebagai penggerak perilaku seseorang
untuk mencapai suatu tujuan.
a. TEORI MOTIVASI
Banyak teori motivasi yang dikemukakan oleh para ahli yang
dimaksudkan untuk memberikan uraian menuju pada apa sebenarnya manusia dan
manusia akan dapat menjadi seperti apa.
1. Teori Motivasi Abraham H. Maslow.
Seorang yang mendalami teori motivasi menuangkan
pemikirannya dalam bukunya “Motivation and Personality”. Teori ini mengatakan
bahwa kebutuhan manusia itu dapat diklasifikasikan pada lima hierarki
kebutuhan, yaitu:
1) Kebutuhan fisiologis
2) Kebutuhan keamanan
3) Kebutuhan social
4) Kebutuhan “esteem”
5) Kebutuhan untuk aktualisasi diri
Kebutuhan fisiologis ialah kebutuhan pokok manusia seperti
sandang, pangan dan perumahan. Berbagai kebutuhan fisiologis tersebut berkaitan
dengan status manusia sebagai insan ekonomi. Seorang yang kemampuan ekonominya
masih rendah kebutuhan pangannya masih sangat sederhana, begitu juga kebutuhan
akan sandang dan perumahan. Akan tetapi apabila kemampuan seseorang meningkat
ia akan terdorong untuk memikirkan pemuasan kebutuhan baik secara kualitatif
maupun kuantitatif.
Kebutuhan keamanan, kebutuhan ini harus dilihat dalam arti
luas tidak hanya dalam arti keamanan fisik tetapi keamanan psikologis.
Kebutuhan social adalah bahwa dalam kehidupan manusia
sebagai insane social mempunyai kebutuhan yang berkisar pada pengakuanpunmaju
dan kebutuhan akan perasaan diikutsertakan atau “sence of participation”.
Kebutuhan “esteem” yaitu kebutuhan akan harga diri, karena
semua orang akan memerlukan pengakuan atas keberadaan dan statusnya oleh orang
lain.
Aktualisasi diri. Dewasa ini disadari bahwa dalam diri
setiap orang terpendam potensi dan kemampuan yang belum sepenuhnya
dikembangkan, sehingga wajar apabila seseorang itu ingin agar potensinya itu
dikembangkan menjadi kemampuan yang efektif.
Bila makanan dan rasa aman sulit diperoleh, pemenuhan
kebutuhan tersebut akan mendominasi tindakan seseorang dan motif-motif yang
lebih tinggi akan menjadi kurang signifikan. Orang hanya akan mempunyai waktu
dan energi untuk menekuni minat estetika dan intelektual, jika kebutuhan
dasarnya sudah dapat dipenuhi dengan mudah. Apabila kebutuhan dasarnya sudah
terpenuhi maka orang akan termotivasi untuk memenuhi kebutuhannya yang lebih
tinggi.
Douglas Mc Gregor menuangkan pemikirannya dalam bukunya
“Human Side Of enterprise”. Inti teori Gregor adalah:
1) Teori “X” pada dasarnya mengatakan bahwa manusia
cenderung berperilaku negative.
2) Teori “Y” pada dasarnya mengatakan bahwa manusia
cenderung berperilaku positif.
Dalam teori “X” menggunakan asumsi bahwa manusia itu
mempunyai ciri bahwa para pekerja (manusia) pada dasarnya tidak senang bekerja
dan apabila mungkin akan mengelak kerja. Karena para pekerja (manusia) tidak
senang bekerja, mereka harus dipaksa, diawasi, atau diancam dengan berbagai
tindakan agar tujuan organisasi tercapai.
Sebaliknya menurut teori “Y” menggunakan asumsi bahwa
manusia itu mempunyai cirri bahwa pekerja (manusia) memandang kegiatan bekerja
sebagai hal yang alamiah seperti halnya beristirahat dan bermain. Sehingga para
pekerja akan melakukan tugas tanpa terlalu diarahkan dan akan berusaha
mengendalikan diri sendiri.
3. Teori Motivasi Higiene
Teori ini dikembangkan oleh Frederick Herzberg.Menurut
Herzberg (1966), ada dua jenis faktor yang mendorong seseorang untuk berusaha
mencapai kepuasan dan menjauhkan diri dari ketidakpuasan. Dua faktor itu
disebutnya factor higiene (faktor ekstrinsik) dan faktor motivator (faktor
intrinsik). Faktor higiene memotivasi seseorang untuk keluar dari
ketidakpuasan, termasuk didalamnya adalah hubungan antar manusia, imbalan,
kondisi lingkungan, dan sebagainya (faktor ekstrinsik), sedangkan faktor
motivator memotivasi seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan, yang termasuk
didalamnya adalah achievement, pengakuan, kemajuan tingkat kehidupan, dsb
(faktor intrinsik).
4. Teori “ERG”
Teori ini dikembangkan oleh Clayton Alderfer dari
universitas Yale. ARG merupakan akronim dari Existense, Relatedness, dan
Growth. Menurut teori ini eksistensi merupakan kebutuhan nyata setiap orang
sesuai dengan harkat dan martabat manusia. Kebutuhan akan relatedness tercermin
pada keberadaan manusia itu dengan orang lain dan dengan lingkungannya, karena
tanpa ada interaksi dengan orang lain dan lingkungan maka keberadaan manusia
itu tidak mempunyai makna yang hakiki. Sedangkan Growth adalah merupakan kebutuhan
manusia untuk tumbuh dan berkembang. Sesuai dengan teori yang dikemukakan
Maslow bahwa eksistensi adalah kebutuhan pokok, relatedness adalah kebutuhan
social dan growth adalah diklasifikasikan sebagai aktualisasi diri.
5. Teori “Tiga Kebutuhan”
Teori ini dikemukakan oleh David McCleland beserta rekannya.
Inti dari teori ini adalah bahwa pemahaman akan motivasi akan lebih mendalam
apabila disadari bahwa setiap orang mempunyai tiga kebutuhan yaitu “Need for
Achievement”, “Need for Power”, dan “Need for Affiliation”.
Need for Achievement adalah bahwa setiap orang ingin
dipandang sebagai orang yang berhasil dalam hidupnya. Kebutuhan untuk berhasil
tercermin adanya dorongan untuk meraih kemajuan dan prestasi sesuai yang
ditetapkan.
Need for power menyatakan bahwa kebutuhan akan kekuasaan
akan menampakkan diri pada keinginan untuk mempunyai pengaruh terhadap orang
lain.
Need for affiliation umumnya tercermin pada keinginan berada
pada situasi yang bersahabat dalam interaksi sesearang dengan orang lain dalam
organisasi. Kenyataan ini berangkat dari sifat manusia sebagai makhluk social.
6. Teori Fisiologis
Teori ini juga disebut “Behaviour theories”. Menurut teori
ini semua tindakan manusia berakar pada usaha memenuhi kepuasan dan kebutuhan
organic atau kebutuhan untuk kepentingan fisik. Atau disebut sebagai kebutuhan
primer, seperti kebutuhan makanan, minuman, udara dan lain-lain yang diperlukan
untuk kepentingan tubuh seseorang. Dari teori inilah muncul perjuangan hidup,
perjuangan untuk mempertahankan hidup, struggle for survival.
Teori dari Vroom (1964) tentang cognitive theory of
motivation menjelaskan mengapa seseorang tidak akan melakukan sesuatu yang ia
yakini ia tidak dapat melakukannya, sekalipun hasil dari pekerjaan itu sangat
dapat ia inginkan. Menurut Vroom, tinggi rendahnya motivasi seseorang
ditentukan oleh tiga komponen, yaitu: Ekspektasi (harapan) keberhasilan pada
suatu tugas, Instrumentalis, yaitu penilaian tentang apa yang akan terjadi jika
berhasil dalam melakukan suatu tugas (keberhasilan tugas untuk mendapatkan outcome
tertentu), Valensi, yaitu respon terhadap outcome seperti perasaan positif,
netral, atau negatif.Motivasi tinggi jika usaha menghasilkan sesuatu yang
melebihi harapan, motivasi rendah jika usahanya menghasilkan kurang dari yang
diharapkan
B. PENERAPAN TEORI MOTIVASI DALAM PEMBELAJARAN (MODEL ARCS)
Ada dua faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa
yaitu, faktor internal dan faktor eksternal.
1. faktor internal merupakan keadaan atau kondisi jasmaniah
dan rohaniah siswa yang terdiri dari aspek fisiologi yaitu aspek jasmaniah
serta tingkat kebugaran organ tubuh, sehingga dapat mempengaruhi semangat siswa
dalam mengikuti kegitan pembelajaran. Dan aspek psikologis terdiri dari tingkat
kecerdasan, sikap, bakat, minat, dan motivasi siswa.
2. faktor eksternal yaitu a) kondisi linkungan diluar siswa
yang terdiri dari lingkungan sosial, nonsosial, dan pendekatan belajar. Dimana
lingkungan sosial terdiri dari sekolah dan siswa. Lingkungan sekolah seperti
para guru, staf administrasi, dan teman-teman yang dapat mempengaruhi semangat
siswa. Lingkungan siswa terdiri dari masyarakat, tetangga dan teman sebaya. b)
lingkungan nonsosial seperti gedung sekolah, rumah tempat tinggal, keluarga,
alat-alat belajar, keadaan cuaca, dan waktu belajar yang digunakan. c) faktor
pendekatan belajar seperti jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan
metode yang digunakan guru untuk melakukan kegiatan pembelajaran.
Dari berbagai faktor yang mempengaruhi hasil belajar
tersebut, terlihat bahwa strategi pembelajaran juga menjadi salah satu faktor
yang turut menentukan hasil belajar siswa. Hal ini berarti seorang guru harus
bisa memilih strategi yang tepat dalam kegiatan pembelajaran di kelas agar
kegiatan pembelajaran dapat terasa menyenangkan dan menghasilkan pembelajaran
yang optimal.
Pada dasarnya strategi pembelajaran diklasifikasikan menjadi
tiga jenis ( Wena, 2009) yaitu (1) strategi pengorganisasian (organization
strategy), (2) strategi penyampaian (Delivey strategy), dan (3) startegi
pengelolaan (management strategy).
Strategi pengorganisasian meliputi cara untuk menata isi
suatu bidang studi yang berupa tindakan pemilihan isi/materi, format penataan
isi atau penyajian peta konsep yang tersaji dengan urutan yang sesuai dan
sejenisnya.
Strategi Pengelolaan berkaitan dengan penataan interaksi
antara siswa dan strategi pengorganisasian serta strategi penyampaian. Dalam
proses belajar mengajar guru tidak cukup hanya menguasai strategi
pengorganisasian isi atau penyampaian pembelajaran saja, tetapi guru juga harus
mampu menguasai dan menerapkan strategi pengelolaan pembelajaran.
Sebelum pelaksanaan proses pembelajaran di kelas dilakukan,
seorang guru terlebih dahulu harus menata, mengorganisasikan isi pembelajaran
yang akan diajarkan. Hal ini perlu dilakukan agar isi pembelajaran yang
diajarkan mudah dipahami siswa. Demikian pula selama proses pembelajaran, guru
diharapkan mampu menumbuhkan, menjaga/mempertahankan, dan meningkatkan motivasi
belajar siswa, karena dalam proses pembelajaran guru tidak hanya memperhatikan
metode dan media pembelajaran saja tetapi guru juga harus berusaha untuk selalu
menjaga dan meningkatkan motivasi belajar siswa dalam proses pembelajaran.
Banyak strategi pengelolaan yang dapat digunakan untuk
menjaga motivasi belajar siswa diantaranya adalah strategi pengelolaan motivasi
yang disebut ARCS yang dikembangkan oleh Keller (1983) yaitu meliputi;
Attention (Perhatian), Relevance (Relevansi), Confidence (keyakinan/rasa
percaya diri siswa), dan Satisfaction (Kepuasan).
Komponen Strategi dan Penerapan Pembelajaran ARCS sebagai
berikut;
Model ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction),
dikembangkan oleh Keller dan Kopp (1987) sebagai jawaban pertanyaan bagaimana
merancang pembelajaran yang dapat mempengaruhi motivasi berprestasi dan hasil
belajar. Model pembelajaran ini dikembangkan berdasarkan teori nilai harapan
(expectancy value theory) yang mengandung dua komponen yaitu nilai (value) dari
tujuan yang akan dicapai dan harapan (expectancy) agar berhasil mencapai tujuan
itu. Dari dua komponen tersebut oleh Keller dikembangkan menjadi empat
komponen. Keempat komponen model pembelajaran itu adalah attention, relevance,
confidence dan satisfaction dengan akronim ARCS (Keller dan Kopp, 1987).
Keempat komponen tersebut adalah sebagai berikut:
1) Attention ( Perhatian )
Perhatian merupakan salah satu poin penting dalam menjaga
motivasi belajar siswa. Guru harus memperhatikan berbagai bentuk dan
memfokuskan pada minat/perhatian dalam kegiatan pembelajaran. Adanya
minat/perhatian siswa terhadap tugas yang diberikan dapat mendorong siswa
melanjutkan tugasnya. Siswa akan kembali mengerjakan sesuatu yang menarik
sesuai dengan perhatian mereka. Membangkitkan dan memelihara perhatian
merupakan usaha menumbuhkan keingintahuan siswa yang diperlukan dalam kegiatan
pembelajaran.
Secara garis besar ada tiga jenis strategi untuk
membangkitkan dan mempertahankan perhatian siswa dalam pembelajaran
(Wena,2009), yaitu:
a. Membangkitkan daya persepsi siswa.
Hal ini bisa dilakukan dengan menggunakan suatu hal yang
baru, mengherankan, tidak layak ataupun dengan memberikan perubahan-perubahan
rangsangan secar mendadak, misalnya dengan gerakan tubuh, nada suara, dan
sebagainya.
b. Menumbuhkan hasrat ingin meneliti.
Hal ini dapat dilakukan dengan jalan merangsang perilaku
yang selalu ingin mencari informasi dengan mengajukan pertanyaan atau masalah
yang memerlukan pemecahan masalah oleh siswa sendiri. Dengan adanya pertanyaan
atau masalah yang ditujukan pada siswa, diharapkan perhatian siswa akan lebih
terfokus pada kegiatan pembelajaran
c. Menggunakan elemen pembelajaran yang bervariasi.
Dalam usaha mempertahankan perhatian siswa terhadap
pembelajaran, dapat dilakukan dengan jalan menggunakan elemen atau unsur-unsur
pembelajaran yang beraneka ragam. Variasi dalam pembelajaran dapat dilakukan
dengan memvariasikan format tulisan dalam teks, menyajikan gambar-gambar yang
bervariasi, dan warna yang beraneka ragam.
2) Relevance (Relevansi/Mengaitkan pembelajaran dengan
kebutuhan siswa)
Komponen ini merupakan komponen yang berhubungan dengan
kehidupan siswa baik berupa pengalaman sekarang atau yang telah dimiliki maupun
yang berhubungan dengan kebutuhan karir sekarang atau yang akan datang. Siswa
merasa kegiatan yang pembelajaran yang mereka ikuti memiliki nilai, bermanfaat
dan berguna bagi kehidupan mereka. Siswa akan terdorong mempelajari sesuatu
jika terdapat relevansinya dengan kehidupan mereka, dan memiliki tujuan yang
jelas.
Ada tiga unsur yang dapat digunakan guna meningkatkan
relevansi isi pembelajaran dengan kebutuhan siswa, yaitu:
a. Menumbuhkan keakraban dan kebiasaan yang baik.,
Dalam usaha menumbuhkan keakraban pada diri siswa terhadap
pembelajaran dapat dilakukan dengan cara menggunakan atau pemakaian bahasa yang
konkret, contoh, dan konsep yang berkaitan atau berhubungan dengan pengalaman
dan nilai kehidupan siswa.
b. Menyajikan isi pembelajaran yang berorientasi pada
tujuan.
Hakikat dari pemberitahuan tujuan pembelajaran adalah
menginformasikan apa yang harus dicapai siswa pada akhir pembelajaran. Dengan
demikian, setiap kegiatan pembelajaran selalu dapat diarahkan pada tujuan yang
telah ditetapkan, dan sudah menjadi kewajiban guru untuk mengatakan dengan
jelas tujuan yang harus dicapai oleh siswa.
Dalam hal ini untuk menciptakan relevansi terhadap
pembelajaran dilakukan dengan menggunakan strategi pembelajaran yang sesuai
dengan karakteristik siswa. Guru harus memahami profil siswa seperti tingkat
perkembangan siswa, gaya kognitifnya, dan kebasaan belajarnya. Dengan
diketahuinya hal tersebut, guru akan lebih mudah menyesuaikan strategi yang
digunakan profil siswa, dan siswa akan merasa senang dalam mengikuti
pembelajaran.
3) Confidence (Rasa Yakin diri siswa)
Komponen ini erat kaitannya dengan sikap percaya, yakin akan
berhasil atau yang berhubungan dengan harapan untuk berhasil. Seseorang yang
memiliki sikap percaya diri yang tinggi cenderung akan berhasil bagaimanapun
kemampuan yang ia miliki. Sikap seseorang yang merasa yakin, percaya dapat
berhasil mencapai sesuatu akan mempengaruhi mereka dalam bertingkah laku untuk
mencapai keberhasilan tersebut. Siswa yang memiliki sikap percaya diri memiliki
penilaian positif tentang dirinya cenderung menampilkan prestasi yang baik
secara terus menerus.
Sikap ini perlu ditanamkan kepada siswa untuk mendorong
mereka agar berusaha dengan maksimal guna mencapai keberhasilan yang optimal
adalah:
a. Menyajikan prasyarat belajar
Menumbuhkan percaya diri pada siswa dapat dilakukan dengan
membantu siswa memperkirakan atau mengukur kemampuannya untuk mencapai
kesuksesan, dengan jalan menyajikan prasyarat unjuk kerja kriteria evaluasi
b. Memberikan kesempatan untuk sukses
Menumbuhkan harapan siswa untuk sukses merupakan salah satu
syarat membangkitkan keyakinan pada diri siswa terhadap tugas-tugas
pembelajaran . Hal ini dapat dilakukan dengan menyajikan tingkat tantangan yang
memungkinkan siswa mendapat pengalaman sukses yang bermakna dibawah kondisi
belajar dan unjuk kerja tertentu. Siswa merasa yakin tentang apa yang
dikerjakannya, dengan mengatakan bahwa ia pasti akan sukses melakukannya dan
pada diri siswa akan tumbuh harapan untuk sukses
c. Memberikan kesempatan melakukan kontrol pribadi
Dalam hal ini untuk menumbuhkan keyakinan pada diri siswa
dilakukan dengan menyajikan umpan balik. Berikan umpan balik atau penguatan
yang dapat mendorong usaha atau kemampuan siswa guna mencapai kesuksesan.
4) Satisfaction (Kepuasan siswa)
Komponen yang kelima dari strategi ARCS adalah Satisfaction
(Kepuasan siswa), yaitu yang berhubungan dengan rasa bangga, puas atas hasil
yang dicapai. Dalam teori belajar satisfaction adalah reinforcement (penguatan)
adalah apabila siswa yang telah berhasil mengerjakan atau mencapai sesuatu
merasa bangga/puas atas keberhasilan tersebut. Keberhasilan dan kebanggaan itu
menjadi penguat bagi siswa tersebut untuk mencapai keberhasilan berikutnya.
Guru dalam kegiatan pembelajaran dapat melakukan dengan cara
sebagai berikut:
a. Menyajikan latar belajar yang alami
Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan dengan memberikan
kesempatan untuk menggunakan pengetahuan atau keterampilan yang baru
dikuasainya dalam situasi nyata yang menantang, dengan demikian siswa akan
merasa puas karena mampu menerapkan keterampilan-keterampilan baru yang telah
dipelajarinya.
b. Memberikan penguatan yang positif
Dalam hal ini untuk menumbuhkan kepuasan dilakukan dengan
memberikan umpan balik dan penguatan yang akan mempertahankan perilaku yang
diinginkan. Gagne juga menyatakan bahwa umpan balik sebagai fase terakhir dalam
proses pembelajaran merupakan suatu proses penguatan; dan ini sangat penting
artinya dalam kehidupan manusia, khususnya dalam kaitan yang berhubungan dengan
pembelajaran. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya suatu umpan balik dalam
proses pembelajaran guna meningkatkan motivasi belajar siswa.
c. Mempertahankan standar pembelajaran secara wajar
Dilakukan dengan jalan mempertahankan standar dan
konsekuensi secara konsisten pada setiap penyelesaian tugas pembelajaran.
Dengan demikian siswa akan merasa puas dan termotivasi dalam setiap melakukuan
atau menyelesaikan tugas-tugas pembelajaran, karena setiap tugas pembelajaran
yang dihadapi, sesuai dengan kemampuannya dan siswa tidak merasa kesulitan
dalam menyelesaikannya.
DAFTAR PUSTAKA
Dimyati dan Mujiono, 1994, Belajar dan Pembelajaran,
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Jakarta.
Pupuh Faaturrahman dan Sobry Sutikno, 2007, Strategi Belajar
Mangajar Melalui Penanaman Konsep Umum dan Islami, Refika Aditama, Bandung.
Sardiman AM, 2010, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar,
Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Siagian, Sondang, 2004, Teori Motivasi dan Aplikasinya,
Rineka Cipta, Rineka Cipta.
Yamin, Martinis, 2003, Strategi Pembelajaran Berbasis
Kompetensi, Gaung Persada Press, Jakarta.
Posting Komentar untuk "MOTIVASI BELAJAR MENURUT PARA AHLI-KAJIAN TEORI"