KATA PENGANTAR
Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas nikmat dan karunia-Nya kita dapat menyelesaikan makalah tentang “Teori Kecerdasan Ganda Dan Penerapannya Dalam Pembelajaran”. Kami mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. C. Asri Budiningsih, M.Pd selaku Dosen Pengampu mata kuliah Teori Pembelajaran prodi Teknologi Pembelajaran Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan tugas ini.
Kami berharap
semoga makalah ini bisa menambah wawasan bagi para pembacanya terutama tentang Teori Kecerdasan Ganda Dan
Penerapannya Dalam Pembelajaran. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan dan jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat
tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Akhir kata, penyusun berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca dan semoga Allah SWT selalu memberkati hidup kami semua.
Yogyakarta , 23 Oktober 2022
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ada indikasi
proses pembelajaran sekarang ini sering sekali menyimpang dari esensi
pendidikan dengan logika yang tercampur aduk. Thomas Armstrong dalam bukunya
"sekolah para juara" juga mendeskripsikan model pembelajaran klasik
yang antara lain memunculkan asumsi-asumsi: Pertama, para guru
cenderung memisahkan atau memberikan identifikasi kepada para muridnya sebagai
murid-murid yang pandai di satu sisi, dan murid-murid yang bodoh di sisi
lain. Kedua, suasana kelas cenderung monoton dan
membosankan. Hal ini dikarenakan para guru biasanya hanya bertumpu pada
satu atau dua jenis kecerdasan dalam mengajar, yaitu cerdas berbahasa dan
cerdas berlogika.Ketiga, mungkin seorang guru agak kesulitan dalam
membangkitkan minat atau gairah murid-rnuridnya karena proses pembelajaran yang
kurang kreatif.
Kondisi inilah yang mendorong para ahli psikologi untuk mencari
dimensi Iain dari kepribadian diri siswa yang merupakan indikator keberhasilan
pembelajaran.Salah satu teori psikologi yang mempunyai peranan besar terhadap
pendidikan adalah teori multi kecerdasan. Berdasarkan latar
belakang masalah di atas, maka kami bemaksud membahas lebih lanjut tentang
teori kecerdasan ganda dan penerapannya dalam pembelajaran.
1.2 Rumusan Masalah
(1) Bagaimanakah pengertian
teori kecerdasan ganda?
(2) Bagaimanakah
pendapat tokoh tentang teori kecerdasan ganda?
(3) Bagaimanakah
faktor-faktor penting dalam implementasi teori kecerdasan ganda?
(4) Bagaimanakah
kelebihan dan kelemahan teori kecerdasan ganda?
(5) Bagaimanakah penerapan teori kecerdasan ganda dalam pembelajaran?
1.3 Tujuan
(1) Memaparkan
pengertian teori kecerdasan ganda.
(2) Memaparkan
pendapat tokoh tentang teori kecerdasan ganda.
(3) Memaparkan
faktor-faktor penting dalam implementasi teori kecerdasan ganda.
(4) Memaparkan
kelebihan dan kelemahan teori kecerdasan ganda.
(5) Memaparkan
penerapan teori kecerdasan ganda dalam pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
Istilah kecerdasan
atau intelegensi bukanlah sesuatu yang baru bagi kita sebagai pendidik. Namun
sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, ilmu tentang kecerdasanpun
berkembang. Banyak ahli dari berbagai bidang disiplin ilmu melakukan penelitian
tentang otak manusia. Setiap individu tidak hanya memiliki satu kecerdasan
tetapi lebih yaitu disebut juga multiple intelligences atau kecerdasan ganda
(Budiningsih, 2005).
Kecerdasan ganda
merupakan potensi yang dimiliki seseorang yang dapat diaktifkan melalui proses
belajar, interaksi dengan keluarga, guru, teman dan nilai-nilai budaya yang
berkembang. Kecerdasan mengandung dua aspek pokok yaitu; kemampuan belajar dari
pengalaman dan beradaptasi terhadap lingkungan (Armstrong, 2002).
Teori Kecerdasan
Ganda (Multiple Inteligence) yang dikemukakan oleh Howard Gardner – seorang
professor psikologi dari Harvard University – akan dijadikan acuan untuk lebih
memahami bakat dan kecerdasan individu. Beberapa karakteristik individu siswa
yang perlu dipahami antara lain (Armstrong, 2002) :
- Age and maturity level
- Motivation and attitude toward subject
- Expectation and vocational level
- Special Talent
- Mechanical Dexterity
- Ability to work under various enviro condition.
Salah satu karakteristik penting dari individu yang perlu dipahami oleh guru sebagai pendidik adalah bakat dan kecerdasan individu. Guru yang tidak memahami kecerdasan anak didik akan memiliki kesulitan dalam memfasilitasi proses pengembangan potensi individu menjadi yang dicita-citakan. Generalisasi terhadap kemampuan dan potensi individu memberikan dampak negatif yaitu siswa tidak memiliki kesempatan untuk mengebangkan secara optimal poternsi yang ada pada dirinya. Akibat penanganan salah seperti yang dilakukan oleh sistem persekolahan saat ini kita telah kehilangan bakat-bakat cemerlang. Individu-individu yang cerdas tidak dapat mengembangkan potensi diri mereka secara optimal (Suciati, 2007).
2.2 Memaparkan
pendapat tokoh tentang teori kecerdasan ganda.
Teori Multiple Intelligences (MI)
dikembangkan oleh Howard Gardner, ahli psikologi perkembangan dan guru besar
pendidikan pada Graduate School of Education, Harvard University, Amerika
Serikat. Teorinya tentang MI dipublikasikan pada tahun 1993. Gardner
mendefinisikan inteligensi sebagai kemampuan untuk memecahkan persoalan dan
menghasilkan produk dalam suatu setting yang bermacam-macam dan dalam situasi
yang nyata (Suparno, 2004).
Howard Gardner memperkenalkan sekaligus
mempromosikan hasil penelitian Project Zero di Amerika yang berkaitan dengan
kecerdasan ganda (multiple intelligences). Teorinya menghilangkan anggapan yang
ada selama ini tentang kecerdasan manusia. Hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa tidak ada satuan kegiatan manusia yang hanya menggunakan satu macam
kecerdasan, melainkan seluruh kecerdasan yang selama ini dianggap ada 7 macam
kecerdasan, dan pada bukunya yang mutakhir ditambahkan lagi 3 macam kecerdasan.
Semua kecerdasan ini bekerja sama sebagai satu kesatuan yang utuh dan terpadu.
Komposisi keterpaduannya tentu saja berbeda-beda pada masing-masing orang dan
pada masing-masing budaya.Namun secara keseluruhan semua kecerdasan tersebut
dapat diubah dan ditingkatkan. Kecerdasan yang paling menonjol akan mengontrol
kecerdasan-kecerdasan lainnya dalam memecahkan masalah (Relvan, 2004).
Pokok-pokok pikiran yang dikemukakan Gardner
tentang teori kecerdaan ganda yakni.
1) Manusia mempunyai
kemampuan meningkatkan dan memperkuat
kecerdasannya.
2) Kecerdasan selain
dapat berubah dapat pula diajarkan kepada orang lain.
3) Kecerdasan
merupakan realitas majemuk yang muncul di bagian-bagian yang
berbeda pada sistem otak atau pikiran
manusia.
4) Pada tingkat
tertentu, kecerdasan merupakan suatu kesatuan yang utuh.
Artinya, dalam memecahkan masalah atau tugas tertentu, seluruh macam
Kecerdasan adalah suatu kemampuan untuk memecahkan masalah
atau menghasilkan sesuatu yang dibutuhkan di dalam latar budaya
tertentu.Rentang masalah atau sesuatu yang dihasilkan mulai dari yang sederhana
sampai yang kompleks.Dikatakan mulai dari upaya mengakhiri cerita, menentukan
langkah-langkah permainan catur, menambal selimut yang sobek, sampai
menghasilkan teori-teori, komposisi musik dan politik. Seseorang dikatakan
cerdas bila ia dapat memecahkan masalah yang dihadapi dalam hidupnya dan mampu
menghasilkan sesuatu yang berharga/berguna bagi umat manusia (Relvan, 2004).
Gardner (1983) berhasil mengidentifikasi delapan
macam kecerdasan, yang kemudian dikenal sebagai kecerdasan ganda (Multiple
Intelligence) atau biasa disingkat dengan MI. Kedelapan jenis
kecerdasan tersebut adalah:
1. Kecerdasan
musical
Gardner menyebut kecerdasan musical ini dengan
istilah musical/ rhythmic intelligence. Kecerdasan musical
(KM) adalah kemampuan untuk menghasilkan dan mengapresiasi musik. Kemampuan ini
meliputi menyanyi, bersiul, memainkan alat-alat musik, mengenal pola-pola nada,
membuat komposisi musik, mengingat melodi, memahami struktur dan irama musik.
Gardner telah mengidentifikasi bahwa inti dasar KM musical meliputi aspek
irama, pola titinada, harmoni, dan timber, tetapi dia segera mengusulkan adanya
kekuatan emosional misterius dari musik. Dia menunjukkan beberapa fakta untuk
mendukung teorinya bahwa kemampuan musikan berfungsi seperti sebuah
intelegensi, yakni apa yang oleh composer disebut sebagai logical
musical thinking dan musical mind (101-2). Kecerdasan
musik merupakan kecerdasan yang paling awal berkembang dalam diri manusia
(Armstrong, 2002).
Kecerdasan musikal dibuktikan dengan adanya rasa
sensitif terhadap nada, melodi, irama musik. Orang-orang yang memilki
kecerdasan musikal yang baik antara lain ; komposer, konduktor, musisi,
kritikus musik, pembuat instrumen dan orang-orang sensitif terhadap unsur suara
(Budiningsih, 2005).
Berikut ini karakteristik individu yang menunjukkan
kemampuan dalam inteligensi musikal :
- Pandai mengubah atau mencipta musik.
- Senang dan padai bernyanyi.
- Pandai mengoperasikan musik serta menjaga ritme, Mudah menangkap musik.
- Peka terhadap suara dan musik.
Jenis kecerdasan ini berkaitan dengan pengendalian
gerakan badan. Pengenalian gerakan badan ini terletak di korteks motoris
dengan setiap belahan otak mendominasi atau mengendalikan gerakan badan
di sisi yang berlawanan (Gardner, 1983). Orang yang cerdas secara kinesthetic
akan lebih mudah menirukan dan menciptakan gerakan. Seorang olahragawan yang
cerdas kinesthetic akan dapat menyelesaikan dan mencari alternatif gerakan.
Penyelesaian gerakan tentu berbeda dengan penyelesaian persamaan matematika,
sehingga dalam hal ini orang yang cerdas gerak badan boleh jadi tidak cerdas
secara matematik dan sebaliknya (Armstrong, 2002).
Kecerdasan kinestetik tubuh adalah kecerdasan yang
memungkinkan seorang memanipulasi objek dan cakap melakukan aktivitas fisik.
Contoh-contoh orang yang memiliki kecerdasan kinestetik yaitu atlet, penari,
ahli bedah, dan pengrajin (Dryden, 1999).
Berikut ini
individu yang menunjukkan kemampuan dalam inteligensi kinestetik tubuh:
- Senang menari atau akting.
- Pandai dan aktif dalam olahraga tertentu.
- Mudah berekspresi dengan tubuh.
- Mampu memainkan mimic.
- Koordinasi dan fleksibilitas tubuh tinggi.
- Senang dan efektif berfikir sambil berjalan, berlari dan berolahraga.
- Pandai merakit sesuatu menjadi suatu produk.
- Senang bergerak atau tidak bisa diam dalam waktu yang lama.
- Senang kegiatan di luar rumah.
3. Kecerdasan logical/mathematical
Kecerdasan ini ditandai dengan kemampuan seseorang
untuk berinteraksi dengan angka-angka dan bilangan, berpikir logis dan ilmiah,
adanya konsistensi dalam pemikiran.. Seseorang yang cerdas secara
logika-matematika seringkali tertarik dengan pola dan bilangan/angka-angka.
Mereka belajar dengan cepat operasi bilangan dan cepat memahami konsep waktu,
menjelaskan konsep secara logis, atau menyimpulkan informasi secara matematik.
Kecerdasan ini amat penting karena akan membantu mengembangkan keterampilan
berpikir dan logika seseorang. Dia menjadi mudah berpikir logis karena dilatih
disiplin mental yang keras dan belajar menemukan alur piker yang benar atau
tidak benar. Di samping itu juga kecerdasan ini dapat membantu menemukan cara
kerja, pola, dan hubungan, mengembangkan keterampilan pemecahan masalah,
mengklasifikasikan dan mengelompokkan, meningkatkan pengertian terhadap
bilangan dan yang lebih penting lagi meningkatkan daya ingat (Armstrong, 2002).
Kecerdasan logis matematis memungkinkan seseorang
terampil dalam melakukan hitungan, penghitungan atau kuantifikasi, mengemukakan
proposisi dan hipotesis dan melakukan operasi matematis yang kompleks
(Budiningsih, 2005).
Berikut ini
karakteristik individu yang menunjukkan kemampuan dalam inteligensi
logis-matematis :
- Senang bereksperimen, bertanya, menyusun atau merangkai teka – teki.
- Senang dan pandai berhitung dan bermain angka.
- Senang mengorganisasikan sesuatu, menyusun scenario.
- Mampu berfikir logis baik induktif maupun deduktif.
- Senang silogisme .
- Senang berfikir abstraksi dan simbolis.
Contoh – contoh orang yang memiliki kecerdasan matematis logis adalah ilmuwan, matematikawan, akuntan, insinyur, dan pemprogram computer.
4. Kecerdasan visual/spatial
Orang yang memiliki kecerdasan spasial adalah orang
yang memiliki kapasitas dalam berfikir secara tiga dimensi. Contoh – contoh
orang yang memiliki kecerdasan spasial adalah pelaut, pilot, pematung, pelukis
daan arsitek. Kecerdasan spasial memungkinkan individu dapat mempersepsikan
gambar-gambar baik internal maupun eksternal dan mengartikan atau mengkomunikasikan
informasi grafis (Suciati, 2007).
Berikut ini karakteristik individu yang menunjukkan
kemampuan dalam inteligensi visual spasiall :
- Senang merancang sketsa, gambar, desain grafik dan table.
- Peka terhadap citra, warna dan sebagainya.
- Pandai menvisualisasikan ide.
- Imaginasinya aktif.
- Mudah menemukan jalan pada ruang.
- Mempunyai presepsi yang tepat dari berbagai sudut.
- Mengenal relasi benda – benda dalam ruang.
5. Kecerdasan verbal/linguistic
Orang-orang yang memiliki kecerdasan ini memiliki
kemampuan untuk menyusun pikirannya dengan jelas. Mereka juga mampu
mengungkapkan pikiran dalam bentuk kata-kata seperti berbicara, menulis, dan
membaca. Orang dengan kecerdasan verbal ini sangat cakap dalam berbahasa,
menceriterakan kisah, berdebat, berdiskusi, melakukan penafsiran, menyampaikan
laporan dan berbagai aktivitas lain yang terkait dengan berbicara dan menulis.
Kecerdasan ini sangat diperlukan pada profesi pengacara, penulis, penyiar
radio/televisi, editor, guru (Armstrong, 2002).
Berikut ini
karakteristik individu yang menunjukkan kemampuan dalam intelegensi bahasa :
a. Senang membaca buku, bercerita atau mendongeng.
b. Senang berkomunikasi, berbicara,berdialog,
berdiskusi dan senang berbahasa
asing.
c. Pandani menghubungkan atau merangkaikan
kata – kata atau kalimat baik lisan
ataupun tertulis.
d. Pandai menafsirkan kata – kata atau
paragraph baik secara lisan maupun
tertulis.
e. Senang
mendengarkan musik dan sebagainya dengan baik.
f. Pandai
mengingat dan menghafal.
g. Humoris.
Contoh orang-orang
yang memiliki kecerdasan bahasa yaitu: Pengarang, Penyair, Wartawan, Pembicara,
dan Pembaca berita.
6. Kecerdasan
interpersonal
Kecerdasan interpersonal adalah kapasitas yang
dimiliki oleh seseorang untuk dapat memahami dan dapat melakukan interaksi
secara fektif dengan orang lain. Kecerdasan interpersonal akan dapat dilihat
dari beberapa oranng seperti; guru yang sukses, pekerja sosial, aktor,
politisi. Saat ini orang mulai menyadari bahwa kecerdasan interpersonal
merupakan salah satu faktor yang sangat kesuksesan seseorang (Armstrong, 2002).
Kecerdasan ini berkait dengan kemampuan seseorang untuk berinteraksi dengan orang lain. Pada saat berinteraksi dengan orang lain, seseorang harus dapat memperkirakan perasaan, temperamen, suasana hati, maksud dan keinginan teman interaksinya, kemudian memberikan respon yang layak. Orang dengan kecerdasan Interpersonal memiliki kemampuan sedemikian sehingga terlihat amat mudah bergaul, banyak teman dan disenangi oleh orang lain. Di dalam pergaulan mereka menunjukkan kehangatan, rasa persahabatan yang tulus, empati. Selain baik dalam membina hubungan dengan orang lain, orang dengan kecerdasan ini juga berusaha baik dalam menyelesaikan persoalan-persoalan yang berhubungan dengan perselihanan dengan orang lain. Kecerdasan ini amat penting, karena pada dasarnya kita tidak dapat hidup sendiri (No man is an Island). Orang yang memiliki jaringan sahabat yang luas tentu akan lebih mudah menjalani hidup ini. Seorang yang memiliki kecerdasan “bermasyarakat” akan (a) mudah menyesuaikan diri, (b) menjadi orang dewasa yang sadar secara sosial, (b) berhasil dalam pekerjaan (Armstrong, 2002).
Berikut ini karakteristik individu yang menunjukkan kemampuan dalam inteligensi interpersonal :
- Mampu berorganisasi, menjadi pemimpin dalam organisasi.
- Mampu bersosialisasi, menjadi mediator, bermain dalam kelompok bekerja sama dalam tim.
- Senang permainan berkelompok dari pada individual.
- Biasanya menjadi tempat mengadu orang lain.
- Senang berkomunikas verbal dan nonverbal.
- Peka terhadap teman.
- Suka memberi feedback.
- Mudah mengenal dan membedakan perasaan dan pribadi orang lain.
7. Kecerdasan
intrapersonal
Kecerdasan intrapersonal diperlihatkan dalam bentuk kemampuan dalam membangun persepsi yang akurat tentang diri sendiri dan menggunakan kemampuan tersebut dalam membuat rencana dan mengarahkan orang lain (Budiningsih, 2005). Berikut ini individu yang menunjukkan kemampuan dalam inteligensi intra personal :
- Mampu menilai diri sendiri dan bermediasi.
- Mampu mencanangkan tujuan, menyusun cita – cita dan rencana hidup yang jelas.
- Berjiwa bebas.
- Mudah berkonsentrasi.
- Keseimbangan diri.
- Senang mengekspresikan perasaan – perasaan yang berbeda.
- Sadar akan realitas spiritual.
8. Kecerdasan
naturalistic
Keahlian mengenali dan mengkategorikan spesies-flora dan fauna di lingkungannya. Para pecinta alam adalah contoh orang tergolong sebagai orang – orang yang memiliki kecerdasan ini (Suciati, 2007).Berikut ini karakteristik individu yang menunjukkan kemampuan dalam inteligensi naturalis :
a.
Senang terhadap
flora dan fauna, bertani, berkebun, memelihara binatang,
berinteraksi
dengan binatang dan berburu.
b. Pandai
melihat perubahan cuaca, meneliti tanaman.
c. Senang
kegiatan di alam terbuka.
2.3 Memaparkan faktor-faktor penting dalam implementasi teori kecerdasan ganda.
Implementasi teori kecerdasan ganda dalam aktivitas pembelajaran memerlukan dukungan komponen-komponen sistem persekolahan sebagai berikut :
a.
Orang tua murid
b.
Guru
c.
Kurikulum dan
fasilitas
d.
Sistem penilaian
Komponen
masyarakat, dalam hal ini orang tua murid perlu memberikan dukungan yang
optimal agar implementasi teori kecerdasan ganda di sekolah dapat berhasil.
Orang tua, dalam konteks pengembangan kecerdasan ganda perlu memeberikan
sedikit kebebasan pada anak mereka untuk dapat memilih kompetensi yang ingin
dikembangkan sesuai dengan kecerdasan dan bakat yang mereka miliki (Budiningsih,
2005).
Guru memegang
peran yang sangat penting dalam implementasi teori kecerdasan ganda. Agar
implementasi teori kecerdasan ganda dapat mencapai hasil seperti yang
diinginkan ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu:
1. Kemampuan guru dalam mengenali kecerdasan individu siswa.
Kemampuan guru dalam mengenali kecerdasan ganda yang dimiliki oleh siswa merupakan hal yang sangat penting. Faktor ini akan sangat menentukan dalam merencanakan proses belajar yang harus ditempuh oleh siswa. Ada banyak cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk mengenali kecerdasan spesifik yang dimiliki oleh siswa. Semakin dekat hubungan antara guru dengan siswa, maka akan semakin mudah bagi para guru untuk mengenali karakteristik dan tingkat kecerdasan siswa.
2. Kemampuan mengajar dan
memanfaatkan waktu mengajar secara proporsional.
Setelah mengetahui kecerdasan setiap individu siswa, maka langkah – langkah berikutnya adalah merancang kegiatan pembelajaran. Armstrong (2004) mengemukakan proporsi waktu yang dapat digunakan oleh guru dalam mengimplementasikan teori kecerdasan ganda yaitu :
·
30 % pembelajaran
langsung
·
30 % belajar
kooperatif
·
30% belajar
independent
Implementasi teori
kecerdasan ganda membawa implikasi bahwa guru bukan lagi berperan sebagai
sumber (resources), tapi harus lebih berperan sebagai manajer kegiatan
pembelajaran. Dalam menerapkan teori kecerdasan ganda, sistem sekolah perlu
menyediakan guru-guru yang kompeten dan mampu membawa anak mengembangkan
potensi-potensi kecerdasan yang mereka miliki. Guru musik misalnya, selain
mampu memainkan instrumen musik, ia juga harus mampu mengajarkannya sehimgga
dapat menjadi panutan yang baik bagi siswa yang memiliki kecerdasan musical
(Suciati, 2007).
Sekolah yang menerapkan teori kecerdasan ganda juga perlu menyediakan fasilitas pendukung selain guru yang berkualitas. Fasilitas tersebut dapat digunakan oleh guru dan siswa dalam meningkatkan kecerdasan-kecerdasan yang spesifik. Fasilitas dapat berbentuk media pembelajaran dan peralatan serta perlengkapan pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan kecerdasan ganda. Contoh fasilitas pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan
kecerdasan ganda
antara lain : peralatan musik, peralatan olah raga dan media pembelajaran yang
dapat digunakan untuk melatih kecerdasan spesifik (Budiningsih, 2005).
Sistem penilaian
yang diperlukan oleh sekolah yang menerapkan teori kecerdasan ganda berbeda
dengan sistem penilaian yang digunkan pada sekolah konvensional. Sekolah yang
menerapkan teori kecerdasan ganda pada dasarnya berasumsi bahwa semua individu
itu cerdas. Penilaian yang digunakan tidak berorientasi pada input dari proses
pembelajaran tapi lebih berorientasi pada proses dan kemajuan (progress)
yang diperlihatkan oleh siswa dalam mempelajari suatu keterampilan yang
spesifik. Metode penilaian yang cocok dengan sistem seperti ini adalah metode
penilaian portofolio. Sistem penilaian portofolio menekankan pada perkembangan
bertahap yang harus dilalui oleh siswa dalam mempelajari sebuah keterampilan
atau pengetahuan (Dryden, 1999).
2.4 Memaparkan
kelebihan dan kelemahan teori kecerdasan ganda.
A. Kelebihan
- Pembelajaran dapat lebih focus terhadap suatu kecenderungan kecerdasan dan menunjukkan hasil yang optimal.
- Memberikan sudut pandang baru terhadap pengembangan potensi manusia.
- Membuka kesempatan
pada pelajar untuk kritis dan berpikiran terbuka. Menghindari adanya
penghakiman terhadap manusia dari sudut pandang kecerdasan/inteligensi
(Saefuddin, 2006).
1) Memiliki kontroversi terutama dalam
pandangan ahli psikologi tradisional,
seperti
mencampuradukkan pengertian kecerdasan, ketrampilan dan bakat.
2) Bersifat personal atau individual sehingga
teori ini lebih efektif
digunakan untuk
mengembangkan pembelajaran orang perorang daripada
mengembangkan
pembelajaran massa atau klasikal.
3) Membutuhkan fasilitas yang lengkap sehingga
membutuhkan biaya besar
untuk
operasional klasikal atau massal.
2.5 Memaparkan
penerapan teori kecerdasan ganda dalam pembelajaran.
Gardner dalam penelitian menemukan meskipun ada peserta didik yang hanya menonjol pada beberapa kecerdasan, dapat dibantu melalui pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk oleh guru di sekolah sehingga peserta didik tersebut dapat mengembangkan kecerdasan yang lain kemudian dapat mengaplikasikan dalam menyelesaikan persoalan hidup yang dihadapinya. DJadi baik guru maupun peserta didik dapat mengembangkan kecerdasan majemuk yang dimiliki melalui proses belajar mengajar di kelas sehingga semakin berkembang dan memberikan hasil yang maksimal (Hamzah, 2016).
Sedangkan menurut Tobeli, 2016 berpendapat bahwa penerapan pembelajaran dapat dibagi dalam tiga aspek yaitu :
- Pertama, secara kognitif dapat dijabarkan sebagai berikut: pertama, dapat menarik perhatian peserta didik. Proses pembelajaran yang tidak monoton atau bervariasi tentu akan menarik perhatian peserta didik. Kedua, ada perubahan hasil belajar. Semua pendidik berharap setelah belajar, peserta didik dapat mengerti apa materi yang telah disampaikan dengan melakukan post tes.
- Kedua, secara afektif adalah motivasi. Menurut Djamarah, motivasi merupakan suatu kekuatan yang dapat mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan termasuk belajar. Seseorang akan berhasil dalam belajar, kalau pada dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar. Dorongan untuk belajar inilah yang disebut dengan motivasi, yang meliputi dua hal yaitu mengetahui apa yang akan dipelajari dan memahami mengapa hal tersebut perlu dipelajari.
- Ketiga, Perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam perkembangan individu secara keseluruhan. Melalui keterampilan motorik anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh perasaan senang. Jadi yang dimaksud dengan keterampilan motorik disini yaitu keterampilan seseorang melakukan aktivitas sebagai wujud penerapan pembelajaran yang telah diperoleh dari guru.
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, Saifuddin, 2006. Pengantar Psikologi
Inteligensi. Edisi I, Cetakan V. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Budiningsih, C. Asri, 2005. Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.
Dryden, G.S. 1999. Revolusi Cara Belajar :
Keajaiban Pikiran. Bandung : Kaifa.
Hamzah, Amir. 2016. Teori Multiple
Intelligences Dan Implikasinya Terhadap Pengelolaan Pembelajaran. (online).
(ejournal.stainpamekasan.ac.id/index.php/tadris/article/view/256/24).
(diakses tanggal 11 maret 2017).
Relvan. 2004. Pendekatan
Multi Kecerdasan Menurut Gardner dan Implikasinya Bagi Pembelajaran PAI. Jurnal
Pendidikan Agama Islam, Vol. 1, No. 2.
Suciati,dkk. 2007. Belajar dan Pembelajaran
2.Jakarta : Penerbit Universitas Terbuka.
Suparno, Paul. 2004. Teori
Inteligensi Ganda dan Aplikasinya di Sekolah.
Tobeli, Evi. 2016. Model Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Majemuk Dan
Penerapannya Dalam Proses Pembelajaran Anak Usia Dini. (Online),
Tugas Kelompok_ TP 2022 FIP UNY
Yoka Larasati Fatikhaningrum
Syahrir
Andi Muhammad Iqbal Fallawarukka
Posting Komentar untuk "TEORI KECERDASAN GANDA DAN PENERAPANNYA DALAM PEMBELAJARA"